Minggu, 24 April 2011

Pendidikan untuk Anak "Spesial"

Anak spesial yang dimaksudkan disini adalah anak dengan kebutuhan yang khusus. Pendidikan bukan hanya bisa dikecap oleh anak-anak normal lainnya. Tetapi anak "spesial" inipun juga bisa mengecap pendidikan sama halnya dengan anak normal.Pendidikan yang bagaimanakah yang pas untuk anak "spesial" ini?
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan.
Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus ini adalah pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Manfaat dari pendidikan inklusi.
Lingkungan yang tercipta sangat mendukung terhadap anak dengan berkebutuhan khusus, mereka dapat belajar dari interaksi spontan teman-teman sebayanya terutama dari aspek social dan emosional. Sedangkan bagi anak yang tidak berkebutuhan khusus memberi peluang kepada mereka untuk belajar berempati, bersikap membantu dan memiliki kepedulian. Disamping itu bukti lain yang ada mereka yang tanpa berkebutuhan khusus memiliki prestasi yag baik tanpa merasa terganggu sedikitpun
Lingkup pengembangan kurikulum pendidikan inklusi
1. alokasi waktu,
2. isi/materi kurikulum,
3. proses belajar-mengajar,
4. sarana prasarana,
5. lingkungan belajar, dan
6. pengelolaan kelas.
Pengembangan Kurikulum
Modifikasi/pengembangan kurikulum pendidikan inklusi dapat dilakukan oleh Tim Pengembang Kurikulum yang terdiri atas guru-guru yang mengajar di kelas inklusi bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait, terutama guru pembimbing khusus (guru Pendidikan Luar Biasa) yang sudah berpengalaman mengajar di Sekolah Luar Biasa, dan ahli Pendidikan Luar Biasa (Orthopaedagog), yang dipimpin oleh Kepala Sekolah Dasar Inklusi (Kepala SD Inklusi) dan sudah dikoordinir oleh Dinas Pendidikan.
Kendala/kelemahan pendidikan inklusi
Minimnya sarana penunjang sistem pendidikan inklusi, terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh para guru sekolah inklusi menunjukkan betapa sistem pendidikan inklusi belum benar – benar dipersiapkan dengan baik. Apalagi sistem kurikulum pendidikan umum yang ada sekarang memang belum mengakomodasi keberadaan anak – anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel). Sehingga sepertinya program pendidikan inklusi hanya terkesan program eksperimental.
Kondisi ini jelas menambah beban tugas yang harus diemban para guru yang berhadapan langsung dengan persoalan teknis di lapangan. Di satu sisi para guru harus berjuang keras memenuhi tuntutan hati nuraninya untuk mencerdaskan seluruh siswanya, sementara di sisi lain para guru tidak memiliki ketrampilan yang cukup untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang difabel. Alih – alih situasi kelas yang seperti ini bukannya menciptakan sistem belajar yang inklusi, justeru menciptakan kondisi eksklusifisme bagi siswa difabel dalam lingkungan kelas reguler. Jelas ini menjadi dilema tersendiri bagi para guru yang di dalam kelasnya ada siswa difabel.
Solusi
Jika pemerintah memang serius dalam melaksanakan program pendidikan inklusi, maka yang harus dilakukan adalah dengan menjalankan tahapan – tahapan pelaksanaan pendidikan inklusi secara konsisten mulai dari sosialisasi hingga evaluasi pelaksanaannya. Namun yang lebih penting dan secara langsung dapat dilakukan oleh para guru untuk mewujudkan pendidikan inklusi adalah dengan menciptakan suasana belajar yang saling mempertumbuhkan (cooperative learning). Cooperative Learning akan mengajarkan para siswa untuk dapat saling memahami (mutual understanding) kekurangan masing – masing temannya dan peduli (care) terhadap kelemahan yang dimiliki teman sekelasnya. Dengan demikian maka sistem belajar ini akan menggeser sistem belajar persaingan (competitive learning) yang selama ini diterapkan di dunia pendidikan kita. Dalam waktu yang bersamaan competitive learning dapat menjadi solusi efektif bagi persoalan yang dihadapi oleh para guru dalam menjalankan pendidikan inklusi. Pada akhirnya suasana belajar cooperative ini diharapkan bukan hanya menciptakan kecerdasan otak secara individual, namun juga mengasah kecerdasan dan kepekaan sosial para siswa. 

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
http://smanj.sch.id/index.php/arsip-tulisan-bebas/40-artikel/115-pendidikan-inklusi-pendidikan-terhadap-anak-berkebutuhan-khusus

Jumat, 22 April 2011

Psikolog Pendidikan dan Psikolog Sekolah

Mungkin ada segelintir orang yang menganggap kalau Psikolog Pendidikan dan PsikologiSekolah adalah dua hal yang sama. Namun, faktanya kedua hal tersebut sangat berbeda. Apa perbedaannya? Dan apa pula tugasnya masing-masing? Berikut penjelasannya.
Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Beberapa perintisnya adalah:
  • William James
  • John Dewey
  • E.L. Thorndike
Psikologi pendidikan berminat pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral serta hubungan orangtua anak. Selain itu psikologi pendidikan juga mendalami sub-populasi yaitu anak-anak gifted dan yang dengan kebutuhan khusus.
Adapun tugas dari Psikolog Pendidikan adalah:
  1. Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
  2. Melakukan pengembangan dan pembaruan kurikulum.
  3. Melaksanakan ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan. 
  4. Melaksanakan sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Psikolog pendidikan juga harus mengikuti perkembangan, mendadak dari area menejemen kelas dan desain instruksional, pengukuran dan penggunaan gaya dan strategi belajar, penelitian dalam metakognitif, peningkatan aplikasi pendidikan jarak jauh, dan perluasan dari pengembangan dan aplikasi teknologi untuk tujuan instruksional. Karena akan bekerja dengan pendidikan, seorang yang mempelajari materi ini perlu memperhatikan hal-hal berikut:
  1. Proses perkembangan siswa.
  2. Cara belajar siswa.
  3. Cara menghubungkan belajar dan mengajar.
  4. Pengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar dan mengajar.
Sedangkan Psikologi Sekolah adalah cabang dari ilmu Psikologi yang berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak
Dan tugas Psikolog Sekolah adalah:
  • Berkonsultasi dengan guru, orang tua, administrator, dan masyarakat penyedia kesehatan mental tentang belajar, sosial, dan masalah perilaku.
  • Terlibat dalam kegiatan sekolah dalam aktivitas menyehatkan.
  • Membantu pendidik dalam membuat suasana  aman, kelas sehat dan lingkungan sekolah yang tenang.
  • Mengajarkan parenting skill, strategi pemecahan masalah, penyalah gunaan obat obatan terlarang, dan topik lainnya yang berkaitan dengan kesehatan sekolah.
  • Melakukan penelitian tentang instruksi yang efektif, manajemen perilaku, program-program sekolah alternatif, dan intervensi kesehatan mental.
  • Menilai dan mengevaluasi berbagai masalah yang berkaitan sekolah dan aset anak dan remaja di sekolah yang ditugaskan.
  • Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan.
  • Sajikan sebagai anggota tim interdisipliner untuk memenuhi kebutuhan siswa berisiko dan untuk melayani kebutuhan siswa penyandang cacat melalui penilaian pendidikan khusus, kelayakan, dan proses penempatan. 
  • Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan siswa.
  • Melakukan pencegahan krisis dan layanan intervensi.
  • Bekerja dengan berbagai masalah emosional dan akademik mahasiswa.
  • Boleh melayani satu atau beberapa sekolah di sekitar daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat kesehatan mental masyarakat dan / atau dalam lingkungan universitas.
Karena berkecimpung di ranah sekolah, istilah psikologi pendidikan dan psikologi sekolah sering dipertukarkan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah. Psikologi pendidikan mengambil masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan faktor-faktor social yang berkatinan dengan pengajaran dan belajar. Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan profesional lainnya). Karena harus bekerja dengan manusia, psikolog pendidikan haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan tradisional tentang studi perilaku, humanistik, kognitif dan psikoanalis. Mereka juga harus sadar dengan teori dan riset yang muncul dari ranah tradisional psikologi seperti perkembangan (Piaget, Erikson, Kohlberg, Freud), bahasa (Vygotsky dan Chomsky), motivasi (Hull, Lewin, Maslow, McClelland), testing (intelegensi dan kepribadian) dan interpretasi tesnya.
Sumber:

Sekilas Mengenai Pendidikan Anak Usia Dini

Sekarang ini banyak sekali macam-macam jenis pendidikan untuk anak-anak, seperti Play Group, Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, dan lain-lain. Tapi dalam kesempatan ini kita akan lebih berfokus pada Pendidikan Anak Usia Dini. Apa itu Pendidikan Anak Usia Dini? Seberapa pentingkah Pendidikan Anak Usia Dini tersebut? Mari kita lihat....
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada empat pertimbangan pokok pentingnya pendidikan anak usia dini, yaitu: 
1) menyiapkan tenaga manusia yang berkualitas
(2) mendorong percepatan perputaran ekonomi dan rendahnya biaya sosial karena tingginya produktivitas kerja dan daya tahan
(3) meningkatkan pemerataan dalam kehidupan masyarakat
(4) menolong para orang tua dan anak-anak.
Pendidikan anak usia dini tidak sekedar berfungsi untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih penting berfungsi untuk mengoptimalkan perkembangan otak. Pendidikan anak usia dini sepatutnya juga mencakup seluruh proses stimulasi psikososial dan tidak terbatas pada proses pembelajaran yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Artinya, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, teman sebaya, dan dari hubungan kemasyarakatan yang sesuai dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini.

Selasa, 05 April 2011

TUGAS KELOMPOK 2

LASKAR PELANGI DAN FENOMENA PENDIDIKAN DI INDONESIA


            Bukan rahasia lagi kalau system pendidikan di Indonesia sudah sangat menurun darimana yang semestinya, dimana hal ini bisa kita lihat melalui film dan novel Laskar Pelangi karya Andrea Hinata yang menceritakan tentang fakta pendidikan di Indonesia.
            Ringkas cerita dari Laskar Pelangi ini menceritakan tentang sejumlah anak Belitong yang berasal dari keluarga kurang mampu yang memiliki semangat untuk belajar yang tinggi dimana dengan bekal ilmu mereka tersebut, mereka dapat merubah nasib keluarga mereka menjadi lebih baik lagi. Namun kondisi fisik lingkungan sekolah mereka terbilang tidak layak untuk ukuran sebuah sekolah di Negara seperti Indonesia. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat belajar anak-anak Belitong tersebut. Mereka tetap giat bersekolah, terlebih lagi guru merekapun terbilang guru teladan karna guru tersebut membuat rancangan system pembelajaran untuk anak muridnya. Bukan hanya itu saja, guru tersebut tidak hanya menjelaskan tentang ilmu formal saja tapi juga mengajarkan tentang akhlak, moral, etika, dan ilmu non formal lainnya. Salah satu factor lain juga yang mungkin mempengaruhi semangat belajar anak-anak tersebut ialah hubungan persahabatan yang solid di antara sesama murid-murid sekolah tersebut.
            Dari cerita Laskar Pelangi ini, kita dapat membahasnya melalui 3 sudut pandang, yaitu teori pendidikan keluarga, teori pendidikan bimbingan sekolah, dan teori psikologi pendidikan. Pertama kita bahas dari teori pendidikan keluarga, karena anak-anak Belitong berasal dari keluarga yang kurang mampu, keluarga mereka sangat mendukung anak-anaknya untuk bersekolah, dimana dengan ilmu pendidikan yang mereka dapatkan dari bersekolah tersebut dapat digunakan untuk merubah nasib keluarga mereka di kemudian hari.
            Kedua dari teori pendidikan bimbingan sekolah, meskipun kondisi fisik lingkungan sekolah mereka kurang layak, anak-anak Belitong tersebut tetap bersemangat untuk bersekolah. Dan guru di sekolah tersebutpun juga semangat untuk mengajar anak-anak muridnya, terlebih lagu sang guru jugalah yang mebuat silabus pelajaran seorang diri. Guru tersebut pun tidak hanya mengajarkan teori-teori pelajaran tetapi juga mengajarkan tentang akhlak, moral, budi pekerti, dan ilmu non-formal lainnya. Hal inipun bisa dikatakan sebagai salah satu factor yang membuat anak-anak tersebut tetap bersemangat untuk tetap bersekolah.
            Ketiga dari teori psikologi pendidikan, sekarang sistem pendidikan di Indonesia sudah tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya, sebab dewasa ini yang kayalah yang memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengecap bangku pendidikan. Hal ini sangat tidak adil untuk anak-anak yang kurang  mampu yang ingin bersekolah dan mempunyai kemampuan akademis yang lebih baik lagi. Dan sistem pendidikan di Indonesia sekarang inipun lebih berfokus kepada nilai ujian dan angka di rapor. Padahal pendidikan yang baik mestilah menyeimbangkan pelajaran ilmu pasti dengan tuntunan agama, perilaku moral dan budi pekerti. Dan pendidikan model begini tentu akan mencetak manusia-manusia yang tak hanya encer otaknya, tapi juga memiliki mentalitas yang baik di kepribadiannya. Dan mereka yang bersekolah sekarang inipun kebanyakan ingin cepat tamat dan lalu mendapatkan pekerjaan, tapi hal ini menyebabkan mereka melupakan nilai-nilai filosofi dari pendidikan itu sendiri.

Nama anggota: